10 November 2016

Info lengkap jalur pendakian gunung burangrang 2050 mdpl via legok haji, koramil, bandung cimahi. Lengkap dengan biaya mendaki dan transportasi, misteri gunung burangrang, gunung burangrang purwakarta, gunung burangrang meletus, gunung burangrang daerah mana, tiket masuk gunung burangrang

Konten [Tampil]

Info Lengkap Pendakian Gunung Burangrang, Summit ke dua di Tanah Bandung

Gunung Burangrang merupakan sebuah gunung api mati yang terdapat di bandung, Indonesia. Gunung Burangrang mempunyai ketinggian setinggi 2.050 meter diatas permukaan laut. Gunung ini merupakan salah-satu sisa dari hasil letusan besar Gunung Sunda di Zaman Prasejarah.

Gunung Burangrang bersebelahan dengan Gunung Sunda. Gunung ini terletak antara perbatasan bandung, cimahi dan purwakarta, serta juga berseberangan dengan gunung tangkuban perahu.

Setelah sukses mencaai summit bandung pertama, yaitu gunung manglayang, Pada tanggal 5 dan 6 November 2016 kemarin, saya dan kakak saya melakukan pendakian ke gunung burangrang via jalur Legok Haji.

Kami berdua berangkat dari Jakarta dengan menggunakan sepeda motor, karena memang bermaksud untuk mengirit waktu dan biaya meskipun tenaga cukup terkuras selama perjalanan.

Gn. Burangrang Dan kali ini, Tim Bm akan menceritakan secara mendetail mengenai catatan pendakian gunung burangrang via legok haji, mulai dari transportasi, simaksi, pendakian, hingga estimasi biaya mendaki.

Transportasi / Perjalanan Jakarta - Legok Haji

Seperti sudah diceritakan sebelumnya, kami mengendarai sepeda motor dari jakarta menuju basecamp legok haji yang berada di kecamatan cisarua. Perjalanan kami melalui jalur kosambi curug dan lalu menuju purwakarta.

Rangkuman rute yang kami lalui: Jakarta - Karawang - Kosambi Curug - Purwakarta - Jl. Raya Purwakarta - Jl. Cihaliwung - Jl. Raya Cimahi - Belok kiri menuju ke Jl. Kolonel Masturi - Setelah sekitar 40 menit ada Sekolah Polisi Negara (SPN Cisarua), ambil arah ke kiri tepat di persimpangan SPN Cisarua. Lalu cari jalan menuju tugu, jalannya agak sempit. Tidak lama dari situ, akan sampai di desa Pasir Langu.

Sayangnya, saya lupa menanyakan soal transportasi umum yang bisa digunakan untuk menuju ke kampung legok haji, pasir langu ini. Tapi saya sempat memperhatikan beberapa kendaraan umum yang bisa mengantarnya.

Untuk menuju burangrang, yang terdekat adalah menggunakan kereta api jurusan stasiun Cimahi, Dari situ, naik angkot warna hijau dan minta turun di pertigaan Jl, Kolonel Masturi. Lalu naik angkot warna kuning dengan pintu di belakang, tapi tanyakan terlebih dahulu apakah bisa antar sampai Sekolah Polisi Negara atau tidak.

Kalau bisa, tarifnya sekitar 10 ribu. Dari pertigaan SPN, tidak ada lagi kendaraan umum. Tapi sepertinya masih bisa menumpang truk pengangkut tanah menuju persimpangan tugu. Lalu dilanjutkan menaiki pick up menuju desa pasir langu.

Pendaftaran Pendakian

Untuk mendaki gunung burangrang, belum ada pengelolanya secara resmi. Bahkan basecamp pun tidak ada. Sebenarnya ada beberapa cabang jalur yang bisa ditempuh saat sudah berada di kampung legok haji.

Saya sendiri memilih jalur dekat perkebunan cabai, karena memang saat itu saya kurang paham dengan jalur yang biasa digunakan pendaki. Akhirnya saya bertemu dengan satu rumah terakhir sebelum perkebunan.

Di sinilah saya bertemu dengan seorang kakek yang biasa mengantar para pendaki gunung burangrang ke jalur pendakian cepat (tanpa melewati tanah mati). Tarifnya Rp. 20.000,-/kelompok, sebenarnya seikhlasnya karena beliau hanya mengantar beberapa puluh meter saja.

Memulai Pendakian Gunung Burangrang

Awal Pendakian

Setelah kami packing ulang barang bawaan kami, kami langsung diantar kakek tersebut menuju jalur pendakian legok haji. Kami dituntun menuju jalur pendakian yang lebih cepat katanya, karena tanpa melewati jalur tanah mati.

Akhirnya setelah sekitar 10 menit berjalan, kami dilepas di sebuah area padang ilalang yang biasa digunakan untuk tempat makan hewan ternak.

Selepas dari padang tersebut, kami berjalan menuju trek berikutnya. Perlu diketahui bahwa di jalur pendakian legok haji ini tidak ada petunjuk arah ataupun penanda POS.

 Jadi hanya jalan setapak yang sudah ada. Kami sangat berterimakasih kepada kakek tersebut, karena memang di awal trek tersebut beliau mengantar kami, kalau tidak diantar mungkin kami tersesat.

Setelah sekitaar 20 menit kami mendaki, tantangan awal pendakian gunung burangrang sudah terasa. Kami ditantang oleh jalur pendakian yang mengharuskan kami berjalan merangkak!

Yap, hal itu terpaksa dilakukan karena memang disisi kiri dan kanan ditumbuhi tanaman liar yang berduri tajam yang menjalar sampai ke atas kepala.

Jadi treknya cukup sulit dan menghabiskan waktu yang cukup lama dengan jarak tempuh sekitar 100 meter. Kaos dan tas carrier yang saya gunakan juga sampai robek, juga tangan yang menimbulkan beberapa luka karena terkena duri tanaman tersebut.

Setelah lepas dari tantangan pertama, jalur pendakian burangrang selanjutnya tidak terlalu menanjak. Tapi jalanannya tidak ada penunjuk arah sehingga agak sulit untuk mengetahui kemana jalan yang benar.

Selain itu, nampaknya gunung ini belum ramai didaki oleh orang. Terbukti sepanjang perjalanan kami mendaki, tidak ditemui satupun pendaki lain.

Sekitar satu jam berlalu, akhirnya kami menemukan tantangan selanjutnya. Trek gunung ini ternyata memang ekstrim, selain harus melalui trek dengan tumbuhan berduri, di trek lainnya pun kami harus menaklukan tanjakan-tanjakan yang ekstrim.

Tanahnya berlumut dan miring. Kami cukup kesulitan saat mendaki karena tidak ada bantuan akar pepohonan.

Sepanjang pendakian sampai puncak, kami menemui jalanan seperti itu. Waktu tempuh yang kami habiskan adalah 4 jam untuk sampai puncak, sudah termasuk istirahat.

Padahal menurut warga setempat, mereka hanya menghabiskan waktu 2,5 jam untuk sampai puncak :D. Mungkin karena kami lamban dan banyak istirahat ya :D

Pesona Puncak Burangrang

Maaf :D

Sejujurnya, puncak gunung burangrang tidak bergitu bagus dibandingkan dengan gunung cikuray, merbabu ataupun ciremai. Tidak saya temui indahnya berada di atas awan. Hanya saja, pemandangannya sangat enak dilihat dengan tebing-tebing dan bukit-bukit juga danau yang terlihat jelas dari puncak bayangan maupun puncak. Pemandangannya hampir mirip tebing keraton, bandung.

Para pendaki yang ingin melakukan tik tok, bisa banget kok. Atau yang ingin menginap, bisa mendirikan tenda di puncak bayangan.

Estimasi Biaya Mendaki Gunung Burangrang

Seperti biasa, kami akan membagikan informasi biaya mendaki gunung burangrang. Biaya ini relatif ya, ini hanya kisaran biaya yang kami keluarkan. Sebagai informasi, kami hanya beranggotakan 2 orang pendaki saja, dan berangkat mendaki dari Jakarta
  • Logistik: Rp. 75.000,-/pendaki
  • Bensin sepeda motor Jakarta - Burangrang (PP) : Rp. 60.000,- (tinggal dibagi kalau boncengan)
  • Biaya simaksi: Rp. 20.000,-/kelompok (Tinggal dibagi)
  • Makan perjalanan Jkt - Bandung: Rp. 30.000,-/orang

Nah, itu sedikit penjabaran biaya yang kami keluarkan. Silahkan sesuaikan dengan kelompok anda saja ya :)

Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Mendaki Gunung Burangrang via Legok Haji

Ada beberapa hal yang kami akan bagikan kepada pembaca yang ingin mendaki gunung yang berada di area Cimahi, Bandung dan Purwakarta ini.

  • Ada 3 Jalur pendakian yang bisa digunakan, yaitu via legok haji, via jalur komando, dan via purwakarta.
  • Tidak ada sumber air selama pendakian, jadi usahakan bawa air secukupnya dan sesuaikan dengan kelompok anda.
  • Saya menyarkan menggunakan kendaraan pribadi saja, karena agak susah mencari kendaraan umum.
  • Mendaki bersama kelompok, karena gunung ini masih sepi pendaki.
  • Jalurnya licin dan berlumut, disarankan menggunakan sepatu gunung yang safety.
  • Menggunakan lengan panjang saat mendaki via legok haji, karena banyak ditemui tumbuhan liar yang berduri.

Nah, itu dia sedikit cerita perjalanan kami saat mendaki gunung burangrang. Alhamdulillah selamat sampai tujuan, dan pulang dengan sehat. Ada yang pernah mendaki gunung burangrang? Yuk komentar di bawah ini.

Note: Maaf, foto yang diposting sedikit karena memori kamera rusak. Cuma ada beberapa foto selfie ajah :p

Baca juga:

Foto-Foto Keindahan Wisata Alam Tersembunyi di Kabupaten Ponorogo
5 Tipe Pendaki Gunung, Kamu Termasuk Yang Mana?